Kamis, 18 November 2010

makalah.......


TEKNIK CATATAN KAKI
PADA CERPEN “ CERUTU TERAKHIR TJOE BOEN TJIANG”KARYA RAMA DIRA J
( sebuah catatan )
Oleh : Yamhari
Guru SD Sembungharjo 03, Kota Semarang
Pendahuluan
       Teknik catatan kaki, lazimnya ada pada hasil karya non fiksi. Atau lebih dikenal dengan hasl karya ilmiah. Biasanya catatan kaki digunakan untuk menandai catatan – catatan yang diambil dari sumber lain, atau untuk menerangkan hal – hal yang tidak diterangkan pada teks.
       Catatan kaki pada sebuah cerpen, bukan hal yang baru. Ada beberapa cerpen yang menggunakan catatan kaki, seperti halnya pada cerpen “CERUTU TERAKHIR TJOE BOEN TJIANG”KARYA RAMA DIRA J, menerangkan hal – hal yang sekarang sudah berubah atau  berganti dengan sebutan lain atau beralih fungsi.
Penjelasan dalamcatatan kaki sangat membantu pembaca untuk memahami isi cerpen, dan atau defamiliarisasi istilah – istilah yang belum atau kurang populer di masyarakat. Catatan kaki juga merupakan bentuk defamiliarisasi fiksi. Penggunaan teknik catatan kaki memunculkan efek, pertama munculnya kesan peristiwa yang terjadi secara nyata; kedua, menyangkut pola tulisan sastra tidaklah tertutup bagi unsur – unsur dari jenis karya tulis ilmiah.
Teknik catatan kaki
       Catatan kaki adalah keterangan atas teks karangan yang ditempatkan pada kaki halaman karangan yang bersangkutan . tujuannya adalah untuk (1) menyusun pembuktian (2) menyatakan utang budi, (3) menyampaikan keterangan tambahan, (4) menunjuk bagian lain dari teks. Adapun jenis catatan kaki meliputi (1) penunjukan sumber/ referensi, (2) cata tan  penjelas, (3) gabungan sumber dan penjelas. ( Keraf 1994: 193 – 198 ). Catatan kaki ini merupakan salah satu perlengkapan dari karya tulis ilmiah.
       Meskipun pada lazimnya catatan kaki terdapat dalam karya tulis ilmiah, tetapi beberapa cerpen ternyata disertai catatan kaki. 
Catatan ringkas cerpen
       Cerpen ini diawali narasi tentang seorang laki – laki Eropayang bernama Justus Van Maurik yang melihat langsung hukuman gantung terhadap seorang pemuda Tionghoa yang bernama Tjoe Boen Tjiang, yang terbukti bersalah telah membunyh dan merampok dua perempuan hanya karena ingin menghisap cerutu kesukaannya.
       Pagi itu Van Maurik meninggalkan hotel tempat ia menginap dengan seorang jongos untuk melihat hukuman gantung yang ditimpakan kepada Tjoe Boen Tjiang di depan Stadhuis.
Justus Van Maurik tidak bisa melepaskan peristiwa yang telah ia lihat. Dan waktu itu ia masih di Batavia. Setelah lama meninggalkan Batavia ( Jakarta ), Van Maurik berkesempatan datang ke Jakarta untuk berlibur. Ia selalu teringat peristiwa itu meski telah lama ia saksikan.
       Ternyata meninggalkan Batavia bukan cara yang tepat untuk mengakhiri bayang – bayang menjelang ajal pemuda Tionghoa. Ia masih terus mengingat. Ia terus diserang insomnia.
Sore itu ia menghabiskan waktu di beranda rumahnya sambil menikmati keindahan kota Amesterdam. Senja datang, tetapi ia tidak bisa menikmati senja itu. Tatapan sepasang mata menjelang ajal itu terus menghalangi pandangannya.
Tiba – tiba, dari arah belakang ia mendengar langkah tergesa salah seorang pelayan.
“ Meneer saya menemukanini di saku jas Meneer waktu saya akan mencuci “
Maurik mengambil sebatang cerutu itu dari tangan pelayan. Ya Tuhan mengapa aku begitu lupa. Ini  cerutu terakhir yang belum habis diisap Tjoe Boen Tjiang.
       Cerpen ini diakhiri dengan : Segera setelah tersadar dari lamunan, ia segera meminta pelayannya untuk mengambilkan geretan. Sisa cerutu terakhir Tjoe Boen Tjiang itu segera dibakar. Dia isap dalam – dalam, diembuskan asapnya berulang – ulang seperti ketika Boen Tjiang mengisap cerutu terakhir itu. Ia ter us menghisap hingga habis tak bersisa.
Malam itu, insomania tak lagi menyerang. Dalam mimpi, Tjoe Boen Tjiang hadir. Sambil tersenyum pemuda itu berujar kepada Maurik, “ Terimakasih telah menghabiskan cerutu itu untukku.
Pemuda itu lantas memberikan sekotak cerutu baru yang masih utuh kepadanya. Terimalah “
Beberapa catatan kaki
       Peristiwa yang terdapat dalam cerpen ini adalah hukuman gantung yang terjadi pada penjajahan Belanda. Sudah menjadi rahasia umum, pada waktu itu hukuman mati dengan cara digantung di depan umum. Pada waktu Indonesia di bawah kekuasaan Belanda, dengan semena – mena dan tidak ada belas kasihan sedikitpun terhadap penduduk asli maupun kaum minoritas ( pendatang ).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peristiwa yang terdapat dalam cerpen ini adalah peristiwa yang benar – benar terjadi. Dengan kata lain peristiwa yang terjadi di depan Stadhuis ( Batavia ) dipindahkan ke dalam cerpen ini.
Hal itu berarti fakta yang dipaparkan di dalam cerprn ini dapat dengan jelas dipahami oleh pembaca.
       Kejelasan peristiwa yang terdapat dalam cerpen ini semakin diperkuat dengan adanya catatan kaki. Sebagaimana telah dipaparkan di atas, cerpen ini diawali dengan narasi yang berisi uraian tentang peristiwa hukuman gantung yang ditimpakan kepada Tjoe Boen Tjiang. Dia divonis bersalah, mempunyai pemintaan terakhir sampai ajal menjemput di tiang gantungan.
Di awal cerpen ini terdapat catatan kaki :” Laki – laki itu bernama Justus Van Maurik”(1)
Diketahui bahwa tokoh ini adalah merupakan tokoh nyata dan pernah berwisata ke Batavia dan termasuk mencatat peristiwa digantungnya Tjoe Boen Tjiang.
Pada catatan kaki kesepuluh berbunyi :” Di Batavia, orang – orang Belanda percaya selain minum arak, mengisap cerutu adalah cara menghalau gejala kolera “(10)
       Pencantuman catatan kaki yang berupa buku yang digunakan sebagai rujukan dalam cepen merupakan sesuatu yang perlu adanya penegasan dan benar – benar bisa dipertanggungjkawabkan. Tetapi juga ada yang hanya sebagai keterangan atau kata sulit yang masih menggunakan bahasa aslinya. Kesan yang muncul adalah apa yang ditulis oleh pengarang dalam cerpen ini sesuatu yang benar – benar terjadi, bukan khayalan pengarang. Jika dihubungkan dengan peristiwa yang terdapat dalam cerpen, maka catatan kaki ini memperjelas bahwa peristiwa yang terdapat dalam cerpen ini adalah peristiwa nyata, peristiwa yang benar – benar terjadi, bukan peristiwa yang diciptakan oleh pengarang.
        Selain itu, catatan kaki di sini juga dapat digunakan sebagai defamiliarisasi atas tulisan. Menurut Keraf ( 1989 : 193 – 211 ) catatan kaki adalah satu unsur dari karya tulis ilmiah.
Itu berarti bahwa dalam kancah penulisan, catatan kaki pada umumnya digunakan pada karya tulis mengenai keilmuan ( karya ilmiah ).
Sementara itu, dalam tulisan yang berupa karya sastra, pada umumnya tidak dicantumkan catatan kaki. Dengan demikian cerpen berjudul “ Cerutu Terakhir Tjoe Boen Tjiang “ yang disertai catatan kaki adalah cerpen yang tidak lazim. Bentuk cerpen ini menjadi tidak sama dengan bentuk cerpen pada umumnya. Dengan demikian, pencantuman catatan kaki pada cerpen ini dapat dimaknai sebagai upaya untuk mengubah pola – pola penulisan lama.
Pada sisi lain, pencatuman catatan kaki di dalam cerpen ini juga dapat mrmunculkan kesan adanya percampuran antara hal – hal yang faktual dan fiktif.
Implikasinya adalah bahwa hal – hal yang terapat di dalam cerpen dapat dirujuk pada hal – hal yang faktual, pada fakta yang terdapat di dalam realitas keseharian. Melalui catatan kaki pola penceritaan yang sudah ada diperbaharui. Dan melalui catatan kaki hal – hal yang faktual dapat dicampur dengan hal – hal fiktif.
       Penggunaan teknik catatan kaki bertujuan untuk mendefamiliarisasi fakta. Dalam cerpen ini ternyata juga memunculkan efek tertentu. Efek yang pertama adalah munculnya kesan bahwa peristiwa yang terjadi di dalam cerpen adalah peristiwa yang terjadi secara nyata. Hal i ni antara lain dapat terasakan pada bagian cerpen yang dikutip berikut ini :
Laki – laki itu bernama Justus Van Maurik “ (1). Ia telah kembali ke Amesterdam setelah sebulan melakukan perjalanan wisata ke Batavia.
Yang dirujuk pada catatan kaki pada kutipan cerpen di atas adalah bahwa laki – laki ini adalah tokoh nyata yang pernah berwisata ke Batavia dan mencatat pengalaman perjalanannya, dalam sebuah buku yang erjudul “ Indrukken van een iTotiki “ ( nomor catatan kaki 1 ) 
Selain itu ada juga paparan yang mendukung cerita tersebut, dan juga menjadi catatan kaki. Paparan itu adaalah :
Namun yang sungguh tak bisa ia lupakan adalah seorang pemuda Tionghoa bernama Tjoe Boen Tjian. Laki – laki muda yang masih terus dibayangkan itu telah mati pada suatu pagi, tepat pukul 07.00 di tiang gantungan di depan Stadhuis” (3) 
Laki – laki ini memang secara nyata telah melihat dengan mata kepala sendiri hukuman gantung yang dijalani oleh pemuda Tionghoa di depan Stadhuis. Dalam catatan kaki diketahui bahwa tempat itu pernah dijadikan balai kota Jakarta dan sekarang menjadi Musium Sejarah DKI Jakarta.
        Efek yang lain adalah efek yang menyangkut pola tulisan. Pencatuman catatan kaki di dalam cerpen ini memunculkan efek bahwa pola tulisan tidaklah tertutup bagi unsur – unsur dari jenis karya tulisan ilmiah. Cerpen sebagai jenis karya sastra fiktif juga dapat menampung hal – hal yang faktual. Itu juga berarti bahwa pola yang terkandung dalam cerpen ini memunculkan efek sebagai bentuk koreksi terhadap pendapat yang selama ini berkembang yang menyatakan bahwa karya sastra semata – mata berisi hal – hal yang khayal.
Simpulan
       Ternyata teknik penceritaan tidak hanya dengan sarana hiperbola, tetapi juga ditemukan sarana personifikasi, yang secara nyata terdapat pada kutipan di atas.
Sementara teknik catatan kaki pada cerpen “ Cerutu Terakhir Tjoe Boen Tjiang “ karya Rama Dira J, menerangkan hal – hal yang sekarang sudah berubah atau berganti dengan sebutan lain beralih fungsi.
Penjelasan  dalam catatan kaki sangat membantu pembaca untuk memahami isi cerpen, dan atau defamiliarisasi istilah – istilah yang belum atau kurang populer di masyarakat. Catatan kaki juga merupakan bentuk defamiliarisasi fiksi. Penggunaan teknik catatan kaki memunculkan efek, pertama. Munculnya kesan peristiwa yang terjadi secara nyata; kedua. Menyangkut pola tulisan, yakni pola tulisan sastra tidaklah tertutup bagi unsur – unsur dari jenis karya tulis ilmiah.
                                 




                                           Mranggen, 16112011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar