Jumat, 07 Januari 2011

cerpen........

Cerita anak
Kerbau dan Kuda
Oleh : Yamhari
       Kisah ini diawali di sebuah desa dilereng pegunungan. Desa ini termasuk jauh dari keramaian. Namun disana sudah maju peradabannya. Di kaki pegunungan itu desa yang dimaksud adalah desa Makmur. Di desa ini ada seorang saudagar kaya namanya pak Kumis. Disebut pak kumis karena orangnya mempunyai kumis yang lebat dan panjang. Sebenarnya tidak hanya kumisnya yang lebat dan panjang, sebenarnya jamang dan jenggotnya juga lebat, tetapi selalu dicukur, yang dibiarkan hanya kumisnya.
Meski berkumis tebal dan berperawakan tinggi kekar, juga hitam kulitnya, namun pak kumis orangnya sangat ramah dan santun, tidak sombong dan selalu menghormati kepada siapa saja, tidak terkecuali tua, muda, bahkan kepada hewan kesayangannya juga diperhatikan dengan kasih sayang.
       Suatu hari , pak Kumis akan berdagang ke lain daerah, pak kumis biasa mengajak kedua binatang kesayangannya, yaitu si Kerbau dan si Kuda. Keduanya diperlakukan sama, tidak membeda – bedakan meskipun terhadap binatang.
Pagi itu pak kumis berjalan menyusuri lembah, menaiki gunung, untuk mencapai desa tujuan. Biasa, karena seorang pedagang pak Kumis membawa kebutuhan orang – orang desa. Ada beras, ada pakaian, minyak, dan masih banyak lagi yang dibawa.
Barang – barang tersebut dibawa sama banyak oleh kedua binatang kesayangan pak Kumis.
       Dengan riang kedua binatang itu membawa dagangan majikannya. Tanpa keluh kesah, mereka berdua masih bisa bersendagurau dalam perjalanan, walau yang dibawa diatas pundaknya banya.
Berdagang pada saat itu laku pesat, tidak sampai seminggu barang – baang pak umis laku keras. Seperti biasa jika pulang ke desanya, pak Kumis selalu membawa dagangan untuk dijual kepada tetangga – tetangganya.
Kebetulan persediaan garam dan kapas di rumah pak Kumis sudah akan habis, maka pak Kumis menuju pedagang garam dan pedagang kapas di pasar kota.
Setelah semua dirasa cukup, maka pak Kumis  memanggil kedua binatang kesayangannya untuk mengangkut dagangan yan sudah dibeli.
       Pertama – tama yang disampaikan kepada kedua binatang tersebut adalah menawarkan siapa yang akan mengangkut kapas dan siapa yang akan mengangkut garam. Karena pak Kumis membeli dua karung kapas dan dua karung garam. Namun tiba – tiba si Kuda menjawab “  Saya yang mengangkut kapas tuan “ sebenarnya hampir bersamaan si Kerbau juga akan mengatakan yang sama. Karena lebih dulu si Kuda, si Kerbau diam saja. Namun begitu, si Saudagar tidak serta merta mengiyakan permintaan si Kuda, tetapi juga menanyakan kepada si Kerbau. “ Maaf Tuan, biarkan si Kuda yang mengangkut kapas” sahut si Kerbau pelan. Sebenarnya Kerbau juga ingin mengangkut kapas, tapi apa daya kedahuluab Kuda. Dengan agak sedih Kerbau mengangkut garam dangan tuannya.
      Kedua binatang bersahabat itu melanjutkan perjalanan untuk pulang dengan membawa dagangan yang telah disepakati. Kuda kelihatan riang sekali, karena meskipun sama – sama dua karung, tetapi bobotnya lebih ringan dari pada garam dua karung yang dibawa si Kerbau. Dengan agak sempoyongan Kerbau mengangkut dua karung garam.
Sebenarnya Kerbau agak jengkel, tetapi Kerbau berusaha sabar dan ikhlas membawa dagangan tuannya. Dia telah bertekad mengabdikan dirinya kepada Tuannya.
Tiba – tiba angin berhembus dengan kencang, di depan mendung mulai bergelayut, tanda akan turun hujan. Pak Kumis mengajak kedua binatang peliharaannya untuk berjalan lebih cepat agar bisa berteduh di desa yang ada di depan. Namun ternyata hujan tiba – tiba turun dengan derasnya sebelum mencapai desa di depan.
       Hujan mengguyur ketiga makhluk yang sedang berjalan beriringan, sebenarnya pak Kumis kasihan juga dengan kedua binatang peliharaannya. Terlihat si Kuda mulai sempoyongan menyangga barang dagangan yang dibawa dipunggungnya. Sementara si Kerbau mulai terlihat jalannya lancar, tidak sempoyongan lagi. Rupanya garam yang ada di punggungnya perlahan – lahan mulai mencair , sekaligus mengurangi bobotnya. Sementara si Kuda yang membawa kapas, lama kelamaan mulai tambah bobotnya karena air hujan terserap oleh kapas.
       Melihat yang demikian, pak Kumis kasihan juga kepada si Kuda, karena semakin lama semakin tak uat membawa beban yang ada di punggungnya. Maka diputuskanlah untuk beristirahat sambil mendirikan tenda untuk bermalam, agar garamnya tidak habis, dan kapasnya tidak terlau basah. Sehingga jika sudah samapai di rumah kedua dagangan tadi bsa dijual dan tidak terlalu banyak merugi.

3 komentar:

  1. assalamualaikum...

    terdeteksi! pak ZAM guru SD kan??? ayo pak kami punya wadah buat karya2 murid/njenengan di Majalah Senang Berkarya...

    meski masih rintisan...

    BalasHapus